Halaman

Minggu, 25 Maret 2012

skripsi matematika


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Beberapa siswa kelas satu sering mengeluh pada guru matematika bahwa mereka selama ini merasa cemas selama mengikuti pelajaran matematika. Rasa cemas ini kadang-kadang mengakibatkan mereka tidak tertarik, bosan, tidak konsentrasi, dan lebih memilih bergurau dengan teman daripada memperhatikan materi yang diberikan oleh seorang guru. Padahal sebagai seorang pendidik, guru harus bisa meningkatkan rasa percaya diri siswa.
Rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa dipengaruhi banyak faktor salah satunya siswa kurang mampu mengungkapkan pertanyaan atau kemampuan bertanya rendah, untuk mengatasi hal tersebut peneliti/guru melatih siswa dengan menyusun pertanyaan melalui model pembelajaran kooperatif tipe positive message. Menurut Mulyati (2005:28). Bertanya merupakan salah satu indikasi seseorang berpikir. Secara umum berpikir dianggap sebagai proses kognitif, tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan. Penekanan dalam ketrampilan berpikir menegaskan penalaran sebagai fokus utama kognitif. Berpikir merupakan pokok pangkal untuk memperoleh pengetahuan. Berpikir juga didefinisikan sebagai satu proses untuk mencapai sesuatu yang menurut kita sebagai makluk hidup untuk menjadi dewasa. Dengan demikian bertanya merupakan potensi dasar yang patut untuk dikembangkan sedini mungkin, dimulai melatih menggunakan akal sehat sejak manusia berhubungan dengan lingkungan. Jika peserta didik merasa cemas bagaimana bisa proses belajar mengajar akan menjadi efektif.

Secara garis besar, berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Berpikir dapat dilatihkan pada siswa dengan mengembangkan ketrampilan bertanya selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Nickerson dalam Mulyati (2005:30) yang mengemukakan bahwa ketrampilan berpikir selalu berkembang dan dapat dipelajari.
Menurut guru yang mengajar matematika di SMP PGRI Pakisaji prestasi belajar tahun kemarin hasil ujian siswa, ulangan harian, maupun tugas rumah menunjukkan nilai siswa pada materi bangun datar ternyata di bawah rata-rata dari standart yang telah ditentukan guru. Padahal guru selama ini sudah memberikan tugas di kelas, pekerjaan rumah dan ulangan harian yang diberikan sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir siswa, dari level knowledge pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), dan penerapan (application). Namun pada kenyataannya, kemampuan siswa selama proses belajar mengajar maupun ujian sangat tidak memuaskan, bahkan keluhan-keluhan di atas tetap terjadi pada siswa. Ini bukanlah hal yang remeh karenanya guru harus bisa mengurangi kecemasan siswa dalam belajar materi bangun datar.
Peneliti berusaha mengatasi masalah diatas menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe positive message. Positive Message berasal dari bahasa Inggris yang artinya pesan positif, metode ini untuk membuat siswa atau peserta didik berfikir positif melalui pesan-pesan positif yang diberikan oleh guru dan teman kelasnya, sehingga siswa dapat mengikuti materi tanpa rasa cemas, pesan positif dapat berupa ungkapan, peribahasa, kata-kata mutiara, pantun, rangkaian kata-kata yang indah dalam puisi.

1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.        Apakah hasil belajar meningkat dengan model pembelajaran kooperatif tipe positive message ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe positive message dapat meningkatkan hasil belajar dan mengurangi kecemasan siswa dalam belajar materi bangun datar.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat :
1.    Bagi Siswa :
a)      Memudahkan dalam memahami konsep bangun datar.
b)      Meningkatkan kreatifitas anak.
c)      Suasana lebih aktif dan menyenangkan
d)     Membuat siswa lebih berminat dan percaya diri dalam belajar matematika.
2.    Bagi Peneliti :
a)     Meningkatkan kemampuan peneliti.
b)     Mengembangkan ketrampilan dan kreatifitas peneliti.
c)     Menambah wawasan peneliti mengenai sensitivity science terkait dengan pengembangan diri siswa.


1.5 Batasan Masalah
Materi bangun datar yang diajarkan di kelas VII SMP adalah segiempat dan segitiga maka peneliti mengambil materi segiempat, jadi materi yang akan di bahas pada penelitian ini sebatas bangun datar segiempat.
1.6 Definisi Operasional
1.         Matematika adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian
2.         Model pembelajaran kooperatif tipe positive message adalah salah satu model pembelajaran yang diterapkan guru untuk meningkatkan prestasi belajar maupun perubahan sikap siswa dalam menghadapi mata pelajaran yang dianggap menakutkan melalui pesan-pesan positif.
3.         Pemahaman konsep adalah mengerti makna setiap kata dalam soal (Yoseph Banggo Spd.2008:89).
4.         Kecemasan adalah perasaan yang tidak nyaman terhadap suatu obyek yang mana obyek tersebut tidak real keberadaannya yang mengakibatkan trauma, kebosanan, dan malas.
5.         Belajar adalah sesuatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagi pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap,kebiasaan, kepandaian atau pengertian (H.C.Witherinton).
6.         Segiempat adalah bentuk bangun datar yang mempunyai empat sisi.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RENCANA TINDAKAN
2.1 Kajian Pustaka
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak siswa memiliki perasaan cemas ketika belajar matematika. Salah satu yang terjadi adalah pada pokok materi bangun datar. Riset oleh Jackson dan Leffingwell (1999:57) menunjukkan bahwa hanya ada sekitar 7 % siswa di Amerika yang memiliki pengalaman positif dengan matematika dari TK hingga Perguruan Tinggi. Begitu pula yang di kemukakan oleh Burns 1988, yang menyatakan dua dari tiga SMU di Amerika yang mengalami kecemasan pada pelajaran Matematika.
Penelitian akhir-akhir ini Jackson dan Leffingwell (1999:60) mengemukakan bahwa perilaku nampak maupun tidak nampak ditemui guru bahwa permasalahan yang menyebabkan kecemasan belajar matematika meliputi :
1.        Hambatan bahasa dan komunikasi
2.        Kualitas penyampaian materi
3.        Metode evaluasi
4.        Kesulitan materi.
Oberlin (1982:32) menemukan bahwa beberapa teknik pengajaran yang umum dilakukan menyebabkan kecemasan belajar matematika, karenanya perlu ada penciptaan lingkungan belajar yang lebih menarik. Selain itu siswa yang kurang sukses dalam matematika disebabkan oleh beberapa faktor seperti cara penyampaian materi yang kurang menarik, kesalahan informasi mengenai matematika.
Berdasarkan pada materi dari principles and standards for school mathematics by National Council of Teachers of Mathematics, (2000:46) Reston merekomendasikan usaha pencegahan kecemasan belajar matematika meliputi :
1.      Membuat gaya belajar yang berbeda – beda
2.      Menciptakan lingkungan testing yang bervariasi
3.      Merancang pengalaman positif dalam kelas matematika
4.      Menitikberatkan bahwa setiap orang membuat kesalahan matematika
5.      Membuat matematika menjadi relevan
6.      Mengajak siswa memiliki beberapa masukan dalam mengevaluasi dirinya sendiri
7.      Menerapkan pendekatan sosial yang berbeda-beda untuk belajar matematika
8.      Menitikberatkan pentingnya berpikir dengan kualitas original daripada hanya menggantungkan diri pada manipulasi rumus.
model pembelajaran kooperatif tipe positive message diharapkan mampu mengembangkan penilaian diri yang positif pada diri siswa. Menurut teori belajar Skinners mengenai prinsip penguatan yang positif akan meningkatkan perilaku siswa, sedangkan penguatan negatif akan menyebabkan memperlemah perilaku siswa.
2.2  Rencana Tindakan
1.      Mempersiapkan proposal penelitian tindakan kelas.
2.      Melakukan observasi awal mengenai perilaku cemas siswa sewaktu belajar matematika.
3.      Melakukan wawancara dengan beberapa siswa tentang perasaan mereka pada saat belajar matematika.
4.      Membuat jadwal mengajar sekaligus menentukan gaya belajar siswa.

5.      Mempersiapkan diri dalam menentukan bentuk positive message yang fleksibel.
6.      Pelaksanaan positive message dilakukan sesuai kebutuhan.
7.      Penyusunan lembar penilaian.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.   Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP PGRI Pakisaji Jl Raya Pakisaji No. 41 Malang di kelas I mata pelajaran matematika pada materi bangun datar segiempat. Dilaksanakan mulai tanggal 11 April 2011 sampai dengan 24 April 2011, penelitian waktunya diundur sampai tanggal 9 Mei 2011 karena sekolah tempat penelitian sedang persiapan USBN dan pelaksanaan USBN, jumlah siswa sebanyak 30 terdiri dari 20 laki-laki dan 10 perempuan, Sebagai sekolah swasta dimana sebagian besar siswa berasal dari golongan menengah kebawah, jarak rumah mereka dengan lokasi sekolah dekat, transportasi yang sering digunakan sebagian besar siswa adalah sepeda gayuh. Setiap hari siswa yang hadir dalam pelajaran matematika adalah 90% dari jumlah total siswa. Melihat dari latar belakang orang tua siswa adalah petani dan pedagang yang kemungkinan tingkat pendidikan orang tua siswa adalah tamatan SMA atau SMP, Penelitian ini sebenarnya berbentuk kualitatif tetapi dalam pelaksanaan dan perhitungan data menggunakan data kuantitatif, jadi penelitian ini penelitian kualitatif yang di kuantitaskan.
3.2.   Persiapan Penelitian
1.      Melakukan observasi dengan cara wawancara kepada siswa yang memuat perilaku-perilaku tertentu yang mencerminkan kecemasan.
2.      Membuat standart penilaian siswa tentang :
a)tes prestasi / ulangan harian
b)      absensi siswa dalam pelajaran matematika terutama materi bangun datar
3.      Menentukan jumlah pertemuan yakni 2 kali dalam seminggu dan dilakukan selama 2 minggu.
4.      Membuat draft wawancara dengan siswa tentang perasaan mereka saat belajar matematika.
5.      Mempersiapkan sarana dan bentuk positive message yang dibutuhkan ketika mengajar materi bangun datar.
3.3.   Prosedur penelitian







Sumber: (Widodo1963.wordpress.com)
SIKLUS I
3.3.1    Perencanaan
a.       Peneliti menyiapkan alat dan bahan untuk keperluan mengajar serta menyiapkan materi ajar
b.      Peneliti merancang rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe positive message
c.       Peneliti menyiapkan lembar observasi kegiatan siswa
d.      Peneliti menyiapkan angket untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe positive message
e.       Peneliti menyiapkan soal yang akan diberikan untuk tes formatif yang akan dilaksanakan setiap akhir siklus beserta kunci jawabannya
3.3.2    Tindakan
Langkah-langkah dalam metode positive message adalah sebagai berikut

a)      UNTUK KELOMPOK :

a)      Guru membagikan kartu hasil kocokan kepada masing-masing kelompok
b)      Masing-masing kelompok diberi waktu 15 menit untuk mengerjakan soal yang ada pada kartu
c)      Jawaban tiap kelompok diperiksa dan diberi nilai, nilai terbaik berhak mendapatkan positive message dari kelompok yang salah. Jika yang kalah tak bisa, maka kelompok yang menang berhak memberikan satu soal matematika kepada kelompok yang kalah
d)     Yang perlu diperhatikan : guru tidak memberitahukan besok ada quiz atau tidak
Positive message bisa berupa : ungkapan, peribahasa, kata-kata mutiara, rangkaian kata-kata yang indah dalam puisi.
b)      UNTUK INDIVIDUAL :
1.      Guru mengambil kartu hasil kocokan, misal yang keluar nomor 3 maka siswa dengan nomor absen 3 yang mengerjakan soal.
2.      Jika siswa menjawab benar atau salah, guru wajib menuliskan positive message pada buku catatan siswa karena mau berusaha mengerjakan soal.
3.      Sedangkan untuk siswa yang lain mengerjakan tugas sekolah yang sebelumnya telah diberikan oleh guru
4.      Catatan : positive games dilakukan disela-sela pemberian materi oleh guru kecuali untuk games kelompok.
Media yang digunakan kartu soal, kartu undian yang memuat nomor-nomor absen siswa, aplop yang di isi dengan pesan-pesan positif. Contoh-contoh kata positive message yang akan diberikan kepada siswa:
a)      Hari ini aku berani mengerjakan hari yang akan datang aku  pasti lebih berani.
b)      Salah dalam belajar tidak masalah yang penting kita berani mencoba.
c)      Jangan menyerah sebelum mencoba. dll.
3.3.3   Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan dilakukannya tindakan, jadi setiap gejala atau problem-problem yang muncul dicatat secara rinci untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilan dari penerapan metode positive message. Jika siklus I belum memenuhi yang diharapkan atau masih ada kekurangan maka dilanjutkan ke siklus II untuk melengkapi dan menyempurnakan siklus I
3.4.      Pembuatan Instrumen
Instrumen yang dipakai disini meliputi :
1)        Arsip
2)        Tes formatif
3)        Angket
4)        Draft wawancara
5)        Lembar observasi
Sebelum melakukan pelaksanaan PTK untuk siklus 1, guru mulai untuk menentukan definisi konseptual dan definisi operasional dari konsep kecemasan itu sendiri, sehingga nantinya akan didapatkan indikator yang menjadi isi pedoman observasi, misal :
Menurut teori kecemasan ialah perasaan yang tidak nyaman terhadap suatu obyek yang mana obyek tersebut tidak real keberadaannya. Adapun karakteristik yang menunjukkan sikap cemas siswa adalah sebagai berikut :
1.        Tidak tertarik pada materi yang diajarkan.
2.        Mengganggu teman daripada memperhatikan materi yang diberikan guru.
3.        Bosan dengan materi yang diajarkan.
Setelah menentukan hal yang diatas maka guru membuat draft observasi dengan metode check list yang memuat perilaku-perilaku tertentu yang lebih spesifik yang menggambarkan indikator kecemasan. Draft observasi yang telah selesai ini bisa digunakan sebelum dan di akhir pokok bahasan.
Arsip diperoleh dengan cara hasil quiz yang diberikan oleh guru matematika sebelum penelitian dilaksanakan.
Hasil wawancara berupa verbatim, dimana sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi pertanyaan yang akan ditanyakan pada siswanya.
3.5.   Analisis dan Refleksi
Hasil penelitian tindakan kelas bisa diamati berdasarkan observasi yang guru lakukan saat proses pembelajaran bangun datar segiempat. Selain itu juga berdasarkan arsip, daftar absensi maupun hasil quiz yang diberikan oleh guru. Dari beberapa instrumen untuk pengamatan PTK tersebut, guru bisa mengamati terjadi peningkatan pemahaman konsep atau tidak dan mengenai sikap cemas mereka ketika belajar bangun datar segiempat. Adapun di posisi yang menunjukkan kalau siswa bisa mengurangi dan mengendalikan kecemasannya saat belajar bangun datar adalah sebagai berikut :
a)      Kepercayaan diri dalam menggunakan matematika khususnya bangun datar untuk menyelesaikan masalah, mengkomunikasikan ide-ide serta alasan.
b)      Fleksibilitas dalam mengeksplorasi ide-ide matematik dan mencoba beragam metode penyelesaian bangun datar.
c)      Harapan untuk tekun dalam tugas-tugas matematika terutama untuk tugas-tugas sistem bangun datar.
d)     Minat, rasa ingin tahu, dan daya cipta dalam mengerjakan soal-soal bangun datar.
e)      Nilai dan penghargaan terhadap matematika khususnya bangun datar untuk aplikasi dalam kehidupan nyata serta menghubungkan dengan disiplin lainnya.
Hasil pengamatan melalui instrumen yang ada masih menunjukkan ketidak berhasilan maka guru membuat perencanaan kembali untuk siklus ke-2.
Perencanaan untuk siklus ke-2 PTK ini adalah :
1.      Memperbaiki teknik-teknik positive message yang guru berikan  pada siklus I dengan cara penggunaan teknik-teknik tambahan.
2.      Mencoba menggunakan teknik praktek yang lebih menarik untuk menghadapi masalah ini seperti perbaikan teknologi media mengajar bangun datar, misalnya dengan menggunakan display-display yang menarik saat menerangkan konsep bangun datar.
3.6.  Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan cara yang dipergunakan untuk mengolah data dan hasil penelitian yang nantinya berguna pula untuk memperoleh suatu kesimpulan. Adapaun data yang dianalisis adalah :
1)      Data dari lembar observasi kegiatan siswa
Data yang dikumpulkan dari hasil observasi untuk mengetahui aktivitas siswa, dianalisis secara deskriptif dan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Persentase Aktivitas Siswa
Keterangan :
J = Jumlah skor semua kelompok
N = Jumlah skor maksimal
Hasil persentase tersebut akan diketahui bagaimana aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dengan kualifikasi aktivitas sebagai berikut :
Tabel Kualifikasi Aktivitas
Persentase Aktivitas (%)
Kualitas
80 – 100
Sangat Baik
70 – 80
Baik
60 – 70
Cukup
50 – 60
Kurang
0 – 50
Sangat Kurang
2)            Data dari hasil tes formatif
Hasil tes formatif yang diperoleh siswa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Nilai
Keterangan :
B = skor yang diperoleh siswa
N = skor  maksimal dari perangkat tes
Nilai tes formatif tersebut dapat ditentukan persentase ketuntasan belajar siswa. Ketuntasan belajar siswa dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu ketuntasan belajar perorangan dan ketuntasan belajar klasikal. Standar ketuntasan belajar minimum perorangan adalah jika telah mencapai taraf penguasaan minimal 65 % atau dengan nilai 65, sedangkan untuk ketuntasan belajar klasikal dapat ditentukan dengan rumus :
Ketuntasan Belajar Klasikal 
Hasil presentase yang diperoleh, dapat ditentukan ketuntasan belajar klasikal, yaitu suatu kelas dikatakan telah berhasil atau mencapai ketuntasan belajar jika paling sedikit 85 % dari jumlah siswa dalam satu kelas tersebut telah tercapai maka dapat dikatakan berhasil. (Mulyasa 2006:254)
3)            Data dari hasil angket siswa
Data yang dikumpulkan melalui angket untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan





BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
4.1         Siklus I
4.1.1   Perencanaan
Guru mencari informasi tentang kemampuan siswa pada materi bangun datar segiempat. Pencarian informasi ini dilakukan dengan cara meminta arsip nilai kepada guru bidang studi dan angket. Informasi yang diperoleh adalah (1)  siswa kelas I SMP PGRI Pakisaji merasa kesulitan dalam mempelajari materi bangun datar segiempat, (2) karena mereka kesulitan dalam mempelajari bangun datar segiempat sehingga mereka mengalami kecemasan dalam mempelajarinya.
Informasi tersebut digunakan guru untuk menyusun rencana siklus tindakan yaitu dengan metode positive message. Rencana siklus tindakan pada penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan bangun datar segiempat serta untuk menghilangkan kecemasan pada diri siswa dalam mempelajarinya. Rencana pembelajaran disusun oleh guru, yaitu berupa (1) rencana pembelajaran, (2) lembar kerja siswa berupa kartu permainan, dan (3) tes akhir . 
Pelaksanaan tindakan siklus I pada tanggal 11 dan 12 April 2011 dengan waktu 4 x 40 menit dialokasikan untuk 2 pertemuan, materi yang dibahas adalah bangun datar segiempat. Pada pertemuan pertama kegiatan menyampaikan materi, pada pertemuan kedua kegiatan pengembangan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe positive message dan refleksi.
Pertemuan pertama menyampaikan materi disertai dengan kocokan undian yang berisi nomor absen siswa, nomor absen yang keluar dari hasil kocokan wajib mengerjakan soal dipapan tulis yang telah diberikan oleh guru. Siswa menjawab soal tersebut dengan benar ataupun salah, guru wajib menuliskan positive message pada buku catatan siswa tersebut karena mau berusaha mengerjakan soal.
Pertemuan kedua pada tahap pengembangan siswa mempelajari bangun datar segiempat menggunakan langkah-langkah yaitu dengan kerja kelompok dan kerja secara individu. Pada kerja kelompok masing-masing kelompok mengerjakan soal secara kelompok yang ada pada kartu. Jawaban tiap kelompok diperiksa dan diberi nilai, nilai terbaik berhak mendapatkan positive message dari kelompok yang kalah. Jika yang kalah tidak bisa, maka kelompok yang menang berhak memberikan satu soal matematika kepada kelompok yang kalah.
Refleksi dilakukan untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang dilakukan pada hari itu dan untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe positive message. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran dilakukan pada hari itu.
4.1.2   Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dimulai dengan penyajian materi bangun datar segiempat. Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 11-12 April 2011 diikuti oleh siswa kelas I SMP PGRI Pakisaji Malang. Semua kegiatan Terangkum di RPP ( dilampiran ).
4.1.3   Analisis Data
1)        Arsip ( dilampirkan )
Arsip diperoleh dengan cara hasil quiz yang diberikan oleh guru matematika sebelum penelitian dilaksanakan, berfungsi untuk nilai awal penelitian.

2)        Analisis lembar observasi
Lembar observasi berfungsi untuk mengukur motivasi siswa.
Tabel 1. Hasil Analisis Belajar Siswa Dalam Kelompok Siklus I
No
Aspek yang diamati
Kelompok
Jum
lah
Persen
tase
Kuali
tas
1
2
3
4
5
6
1.
Menunjukkan antusias antara lain keingintahuan yang besar, tampak bersemangat, gembira dan senang.
4
3
5
4
4
3
23
76,67
Baik
2.
Memperhatikan penjelasan guru
3
4
3
2
5
4
21
70
Baik
3.
Mendiskusikan dengan anggota kelompok tentang apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari masalah bangun datar segiempat
4
2
2
3
4
4
19
63,33
Cukup
4.
Saling bekerja sama dan berdiskusi dengan anggota kelompok dalam menyususn rencana pemecahan
4
2
4
3
3
4
20
66,67
Cukup
5.
Siswa berani mengajukan  pertanyaan dalam diskusi
1
2
3
1
3
2
12
40
Sangat kurang

Jumlah
16
13
17
13
19
17




Persentase per kelompok(%)
64
52
68
52
76
68

63,33
Cukup

Kualitas
C
K
C
K
B
C



Ket : B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
Hasil observasi pelaksanaan tindakan diperoleh data bahwa persentase antusias siswa paling tinggi yaitu 76,67%  ( baik ) dan keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan paling rendah yaitu 40% ( sangat kurang ).
Berdasarkan data dalam tabel dapat disimpulkan bahwa tidak semua kelompok termotivasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe positive message, karena kualitas perkelompok masih rendah yaitu 1 kelompok berkualitas baik ( kelompok 5 ), 3 kelompok berkualitas cukup ( kelompok 1 , 3 dan 6 ), 2 kelompok berkualitas kurang ( kelompok 2 dan 4 ). Sehingga metode positive message perlu diperbaiki di siklus II dengan cara merefleksi siklus I.
3)        Tes formatif
Berdasarkan tabel ( dilampirkan ) jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18 siswa, siswa dinyatakan tuntas jika nilai tes memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditentukan yaitu 65.
Siklus I terjadi peningkatan klasikal sebesar 60% - 16,67% = 43,33% dari arsip, tetapi belum berhasil karena belum mencapai kriteria tuntas, sedangkan Ktiteria Ketuntasan Klasikal adalah 85 % dari jumlah siswa dalam satu kelas, oleh karena itu penelitian dilanjutkan ke siklus ke2.
4.1.4  Refleksi
Paparan data hasil siklus I dapat direfleksikan secara keseluruhan aktivitas belajar kelompok setelah diberi tindakan adalah cukup dengan persentase 63,33%, sedangkan hasil belajar nilai kuis nilai rata-rata 66 dan ketuntasan klasikal sebesar 60 %. Untuk itu perlu ditingkatkan agar memenuhi ketuntasan klasikal sebesar 85%, kelemahan-kelemahan pada siklus I :
1).   Kurangnya minat siswa untuk bertanya
2).   Kurangnya pesan-pesan positif dari guru
3).   Siswa kelas VII belum terbiasa dengan Metode pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Usaha-usaha perbaikan yang dilakukan adalah :
1).   Menambah rangsangan siswa untuk bertanya dengan cara pemberian materi penuh teka-teki.
2).   Memperbanyak berkata kata-kata motivasi didalam kelas
3).   Menyampaikan kembali aturan main positive message.
4.2         Siklus II
Siklus II dilaksanakan 4 x 40 menit atau 2 kali pertemuan pada tanggal 9 dan 10 Mei 2011. Kegiatan pada siklus II tidak jauh beda dengan siklus I hanya ada pembaharuan di dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe positive message.
4.2.1   Analisis Hasil Siklus II
1)      Analisis lembar observasi
Lembar observasi berfungsi untuk mengukur motivasi siswa.
Tabel 2. Hasil Analisis Belajar Siswa Dalam Kelompok Siklus II
No
Aspek yang diamati
Kelompok
Jum
lah
Persen
Tase
Kuali
tas
1
2
3
4
5
6
1.
Menunjukkan antusias antara lain keingintahuan yang besar, tampak bersemangat, gembira dan senang.
4
5
5
4
4
5
27
90
Sangat Baik
2.
Memperhatikan penjelasan guru
5
4
3
4
5
5
26
86,67
Sangat Baik
3.
Mendiskusikan dengan anggota kelompok tentang apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari masalah bangun datar segiempat
4
4
4
5
4
4
26
86,67
Sangat Baik
4.
Saling bekerja sama dan berdiskusi dengan anggota kelompok dalam menyususn rencana pemecahan
4
4
4
4
4
4
24
80
Sangat Baik
5.
Siswa berani mengajukan  pertanyaan dalam diskusi
3
4
3
3
3
5
21
70
Baik

Jumlah
20
21
19
20
20
23




Persentase per kelompok(%)
80
84
76
80
80
92

82,67
Sangat baik

Kualitas
SB
SB
B
SB
SB
SB



Keterangan : SB = Sangat Baik
B = Baik
Hasil observasi pelaksanaan tindakan diperoleh data bahwa persentase Antusias siswa paling tinggi yaitu 90 %  ( sangat baik ) dan keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan paling rendah yaitu 70 % ( baik ).
Melihat data dalam tabel dapat disimpulkan bahwa semua kelompok suadah mulai termotivasi dengan metode positive message, karena kualitas perkelompok sudah mengalami peningkatan dari Siklus I yaitu kelompok 1 mengalami peningkatan 16% yaitu dari 64% menjadi 80%, kelompok 2 meningkat 32% dari 52% menjadi 84%, kelompok 3 meningkat 8% dari 68% menjadi 76%, kelompok 4 meningkat 28% dari 52% menjadi 80%, kelompok 5 meningkat 4% dari 76% menjadi 80%, kelompok 6 meningkat 24% dari 68% menjadi 92%, Dari data diatas dapat disimpulkan semua siswa termotivasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe positive message karena semua aspek dan kerja kelompok meningkat.
2)        Tes formatif
Berdasar tabel ( dilampirkan ) jumlah siswa yang tuntas sebanyak 26 siswa, siswa dinyatakan tuntas jika nilai tes memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum(KKM) yang telah ditentukan yaitu 65.
Siklus ini terjadi peningkatan klasikal sebesar 86,67% - 60% = 26,67% dari siklus I, Ketuntasan Klasikal telah memenuhi Ktiteria Ketuntasan Minimum Klasikal adalah 85 % dari jumlah siswa dalam satu kelas, oleh karena itu penelitian dihentikan karena sudah Tuntas.
4.2.2   Refleksi
Berdasarkan paparan data hasil siklus I dan siklus II, Berikut ringkasannya :
Tabel 3. Ringkasan Siklus I dan II
Siklus
Tuntas
Belum Tuntas
Rata-rata
Persentase Klasikal
Peningkatan
Pra siklus
5 siswa
25
56,77
16,67

Siklus I
18 siswa
12 siswa
66
60
43,33%
Siklus II
26 siswa
4 siswa
67.83
86,67
26,67%
Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe positive message peneliti menyebarkan angket, Berikut analisanya :
Tabel 4. Hasil Angket
NO
Respon / Pertanyaan
Skala sikap
Jumlah
SS
S
TS
STS
1
Senangkah kamu belajar menggunakan Metode positive message ?
13
14
3
-
30
2
Senangkah kamu jika mendapat pesan positive dari guru ?
12
16
2
-
30
3
Senangkah kamu jika mengerjakan tugas dengan diskusi ?
15
14
1
-
30
4
Senangkah kamu jika disuruh untuk bertanya kepada guru ?
-
22
8
-
30
5
Senangkah kamu jika guru sering menggunakan metode ini ?
-
20
10
-
30
Jumlah
40
86
24

150
Persentase (%)
26,67
57,33
16

100
SS : Sangat Senang                 S : Senang
TS : Tidak Senang                   STS : Sangat Tidak Senang
Hasil analisis menunjukkan bahwa 26,67% siswa sangat senang dengan model pembelajaran kooperatif tipe positive message, 57,33% siswa senang dengan model pembelajaran kooperatif tipe positive message, dan 16% siswa tidak senang dengan model pembelajaran kooperatif tipe positive message.






























BAB V
PENUTUP
5.1         Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah diuraikan dalam bab IV, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a.       Rasa cemas yang dimiliki siswa dalam belajar bangun datar segiempat dapat merugikan diri sendiri. karena rasa cemas tersebut dapat mengakibatkan mereka tidak tertarik, bosan dan tidak terkosentrasi dalam belajarnya. Akibat yang ditimbulkan oleh rasa cemas tersebut dapat membuat siswa tidak dapat mempelajari bangun datar segiempat. Akibatnya siswa tidak bisa menguasai dan tidak memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal bangun datar segiempat
b.      Pembelajaran dengan cara monoton seperti dalam pembelajaran yang konvensional dapat menyebabkan siswa kesulitan dalam mempelajari bangun datar segiempat. Kesulitan siswa dalam mempelajari bangun datar segiempat tersebut dapat menimbulkan kecemasan pada diri siswa.
c.       Untuk mengatasi kecemasan yang ada pada diri tersebut, guru perlu membuat pembelajaran menjadi mudah dan menyenangkan salah satu cara pembelajaran yang dapat mengurangi kecemasan siswa tersebut yaitu dengan model pembelajaran kooperatif tipe positive message.
d.      Setelah semua siswa tidak merasa cemas dalam belajar maka siswa mampu menguasai materi dan mampu mengerjakan setiap soal yang diberikan oleh guru.

5.2         Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini,diajukan saran sebagai berikut.
a.       Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe positive message layak untuk dipertimbangkan menjadi bentuk pembelajaran alternatif yang dapat mengurangi kecemasan siswa dalam belajar matematika khususnya dalam bangun datar segiempat
b.      Bagi guru atau praktisi pendidikan lainnya yang tertarik untuk menerapkan bentuk pembelajaran ini perlu diperhatikan bentuk pujian yang akan digunakan dan psikologi siswa. Karena ada beberapa siswa yang tidak suka dipuji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar