BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Beberapa siswa kelas satu sering mengeluh pada guru matematika bahwa mereka
selama ini merasa cemas selama mengikuti pelajaran matematika. Rasa cemas ini
kadang-kadang mengakibatkan mereka tidak tertarik, bosan, tidak konsentrasi,
dan lebih memilih bergurau dengan teman daripada memperhatikan materi yang
diberikan oleh seorang guru. Padahal sebagai seorang pendidik, guru harus bisa
meningkatkan rasa percaya diri siswa.
Rendahnya
motivasi dan hasil belajar siswa dipengaruhi banyak faktor salah satunya siswa
kurang mampu mengungkapkan pertanyaan atau kemampuan bertanya rendah, untuk
mengatasi hal tersebut peneliti/guru melatih siswa dengan menyusun pertanyaan
melalui model pembelajaran kooperatif tipe positive
message. Menurut Mulyati (2005:28).
Bertanya merupakan salah satu indikasi seseorang berpikir. Secara umum berpikir
dianggap sebagai proses kognitif, tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan.
Penekanan dalam ketrampilan berpikir menegaskan penalaran sebagai fokus utama
kognitif. Berpikir merupakan pokok pangkal untuk memperoleh pengetahuan.
Berpikir juga didefinisikan sebagai satu proses untuk mencapai sesuatu yang
menurut kita sebagai makluk hidup untuk menjadi dewasa. Dengan demikian
bertanya merupakan potensi dasar yang patut untuk dikembangkan sedini mungkin,
dimulai melatih menggunakan akal sehat sejak manusia berhubungan dengan
lingkungan. Jika peserta didik merasa cemas bagaimana bisa proses belajar
mengajar akan menjadi efektif.
Secara garis
besar, berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Berpikir
dapat dilatihkan pada siswa dengan mengembangkan ketrampilan bertanya selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Nickerson dalam Mulyati (2005:30) yang
mengemukakan bahwa ketrampilan berpikir selalu berkembang dan dapat dipelajari.
Menurut guru yang mengajar
matematika di SMP PGRI Pakisaji prestasi belajar tahun kemarin hasil ujian
siswa, ulangan harian, maupun tugas rumah menunjukkan nilai siswa pada materi
bangun datar ternyata di bawah rata-rata dari standart yang telah ditentukan
guru. Padahal guru selama ini sudah memberikan tugas di kelas, pekerjaan rumah
dan ulangan harian yang diberikan sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir
siswa, dari level knowledge pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehention), dan penerapan
(application). Namun pada
kenyataannya, kemampuan siswa selama proses belajar mengajar maupun ujian
sangat tidak memuaskan, bahkan keluhan-keluhan di atas tetap terjadi pada
siswa. Ini bukanlah hal yang remeh karenanya guru harus bisa mengurangi
kecemasan siswa dalam belajar materi bangun datar.
Peneliti
berusaha mengatasi masalah diatas menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe positive message. Positive Message berasal dari bahasa
Inggris yang artinya pesan positif, metode ini untuk membuat siswa atau peserta
didik berfikir positif melalui pesan-pesan positif yang diberikan oleh guru dan
teman kelasnya, sehingga siswa dapat mengikuti materi tanpa rasa cemas,
pesan positif dapat berupa ungkapan, peribahasa, kata-kata mutiara, pantun,
rangkaian kata-kata yang indah dalam puisi.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1.
Apakah
hasil belajar meningkat dengan model
pembelajaran kooperatif tipe positive
message ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe positive message dapat
meningkatkan hasil belajar dan
mengurangi kecemasan siswa dalam belajar materi bangun datar.
1.4 Manfaat
Hasil
penelitian ini diharapkan memberikan manfaat :
1. Bagi
Siswa :
a) Memudahkan dalam memahami konsep bangun
datar.
b)
Meningkatkan kreatifitas anak.
c)
Suasana lebih aktif dan menyenangkan
d) Membuat siswa lebih berminat dan percaya
diri dalam belajar matematika.
2. Bagi Peneliti :
a)
Meningkatkan kemampuan peneliti.
b) Mengembangkan ketrampilan dan kreatifitas
peneliti.
c)
Menambah wawasan peneliti mengenai sensitivity
science terkait dengan pengembangan diri siswa.
1.5 Batasan Masalah
Materi
bangun datar yang diajarkan di kelas VII SMP adalah segiempat dan segitiga maka
peneliti mengambil materi segiempat, jadi materi yang akan di bahas pada
penelitian ini sebatas bangun datar segiempat.
1.6 Definisi Operasional
1.
Matematika adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan
mencari berbagai pola,
merumuskan konjektur
baru, dan membangun kebenaran melalui metode
deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma
dan definisi-definisi
yang bersesuaian
2.
Model
pembelajaran kooperatif tipe positive
message adalah salah satu model pembelajaran yang diterapkan guru untuk
meningkatkan prestasi belajar maupun perubahan sikap siswa dalam menghadapi
mata pelajaran yang dianggap menakutkan melalui pesan-pesan positif.
3.
Pemahaman konsep adalah mengerti makna
setiap kata dalam soal (Yoseph Banggo Spd.2008:89).
4.
Kecemasan adalah perasaan yang tidak nyaman terhadap suatu obyek
yang mana obyek tersebut tidak real keberadaannya yang mengakibatkan trauma, kebosanan, dan malas.
5.
Belajar adalah sesuatu perubahan didalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagi pola baru dari reaksi yang berupa
kecakapan, sikap,kebiasaan, kepandaian atau pengertian (H.C.Witherinton).
6.
Segiempat
adalah bentuk bangun datar yang mempunyai empat sisi.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA DAN RENCANA TINDAKAN
2.1 Kajian
Pustaka
Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa banyak siswa memiliki perasaan cemas ketika belajar
matematika. Salah satu yang terjadi adalah pada pokok materi bangun datar. Riset oleh Jackson dan Leffingwell (1999:57)
menunjukkan bahwa hanya ada sekitar 7 % siswa di Amerika yang memiliki
pengalaman positif dengan matematika dari TK hingga Perguruan Tinggi.
Begitu pula yang di kemukakan oleh Burns
1988, yang menyatakan dua dari tiga SMU di Amerika yang mengalami kecemasan
pada pelajaran Matematika.
Penelitian akhir-akhir ini Jackson dan Leffingwell (1999:60) mengemukakan bahwa perilaku nampak
maupun tidak nampak ditemui guru bahwa permasalahan yang menyebabkan kecemasan
belajar matematika meliputi :
1.
Hambatan bahasa dan komunikasi
2.
Kualitas penyampaian materi
3.
Metode evaluasi
4.
Kesulitan materi.
Oberlin
(1982:32) menemukan bahwa beberapa teknik pengajaran yang umum dilakukan
menyebabkan kecemasan belajar matematika, karenanya perlu ada penciptaan
lingkungan belajar yang lebih menarik. Selain itu siswa yang kurang sukses dalam
matematika disebabkan oleh beberapa faktor seperti cara penyampaian materi yang
kurang menarik, kesalahan informasi mengenai matematika.
Berdasarkan pada materi dari principles and standards for school mathematics
by National
Council of Teachers of Mathematics, (2000:46) Reston merekomendasikan usaha pencegahan kecemasan belajar
matematika meliputi :
1. Membuat gaya belajar yang berbeda – beda
2.
Menciptakan lingkungan testing yang bervariasi
3. Merancang pengalaman positif dalam kelas
matematika
4. Menitikberatkan bahwa setiap orang membuat
kesalahan matematika
5.
Membuat matematika menjadi relevan
6. Mengajak siswa memiliki beberapa masukan
dalam mengevaluasi dirinya sendiri
7. Menerapkan pendekatan sosial yang
berbeda-beda untuk belajar matematika
8. Menitikberatkan pentingnya berpikir dengan
kualitas original daripada hanya menggantungkan diri pada manipulasi rumus.
model pembelajaran kooperatif tipe positive message
diharapkan mampu mengembangkan penilaian diri yang positif pada diri siswa.
Menurut teori belajar Skinners
mengenai prinsip penguatan yang positif akan meningkatkan perilaku siswa,
sedangkan penguatan negatif akan menyebabkan memperlemah perilaku siswa.
2.2 Rencana
Tindakan
1. Mempersiapkan proposal penelitian tindakan
kelas.
2. Melakukan observasi awal mengenai perilaku
cemas siswa sewaktu belajar matematika.
3. Melakukan wawancara dengan beberapa siswa
tentang perasaan mereka pada saat belajar matematika.
4. Membuat jadwal mengajar sekaligus
menentukan gaya belajar siswa.
5. Mempersiapkan diri dalam menentukan bentuk
positive message yang fleksibel.
6.
Pelaksanaan positive message dilakukan sesuai
kebutuhan.
7.
Penyusunan lembar penilaian.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Setting
Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di SMP PGRI Pakisaji Jl Raya Pakisaji No. 41 Malang di kelas I mata pelajaran matematika pada materi bangun datar segiempat. Dilaksanakan
mulai tanggal 11 April 2011 sampai dengan 24 April 2011, penelitian waktunya
diundur sampai tanggal 9 Mei 2011 karena sekolah tempat penelitian sedang
persiapan USBN dan pelaksanaan
USBN, jumlah siswa sebanyak 30 terdiri dari 20 laki-laki dan 10 perempuan, Sebagai
sekolah swasta dimana sebagian besar siswa berasal dari golongan menengah
kebawah, jarak rumah mereka dengan lokasi sekolah dekat, transportasi yang
sering digunakan sebagian besar siswa adalah sepeda gayuh. Setiap hari siswa
yang hadir dalam pelajaran matematika adalah 90% dari jumlah total siswa.
Melihat dari latar belakang orang tua siswa adalah petani dan pedagang yang
kemungkinan tingkat pendidikan orang tua siswa adalah tamatan SMA atau SMP,
Penelitian ini sebenarnya berbentuk kualitatif tetapi dalam pelaksanaan dan
perhitungan data menggunakan data kuantitatif, jadi penelitian ini penelitian
kualitatif yang di kuantitaskan.
3.2. Persiapan Penelitian
1.
Melakukan observasi dengan cara wawancara kepada
siswa yang memuat perilaku-perilaku tertentu yang mencerminkan kecemasan.
2.
Membuat standart penilaian siswa tentang :
a)tes prestasi / ulangan harian
b) absensi siswa dalam pelajaran matematika
terutama materi bangun datar
3. Menentukan jumlah pertemuan yakni 2 kali
dalam seminggu dan dilakukan selama 2 minggu.
4. Membuat draft wawancara dengan siswa
tentang perasaan mereka saat belajar matematika.
5. Mempersiapkan sarana dan bentuk positive
message yang dibutuhkan ketika mengajar materi bangun datar.
3.3. Prosedur
penelitian
Sumber: (Widodo1963.wordpress.com)
SIKLUS I
3.3.1
Perencanaan
a. Peneliti
menyiapkan alat dan bahan untuk keperluan mengajar serta menyiapkan materi ajar
b. Peneliti
merancang rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe positive message
c. Peneliti
menyiapkan lembar observasi kegiatan siswa
d. Peneliti
menyiapkan angket untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe positive message
e. Peneliti
menyiapkan soal yang akan diberikan untuk tes formatif yang akan dilaksanakan
setiap akhir siklus beserta kunci jawabannya
3.3.2
Tindakan
Langkah-langkah dalam metode positive
message adalah sebagai berikut
a) UNTUK KELOMPOK :
a) Guru membagikan kartu hasil kocokan kepada
masing-masing kelompok
b) Masing-masing kelompok diberi waktu 15
menit untuk mengerjakan soal yang ada pada kartu
c) Jawaban
tiap kelompok diperiksa dan diberi nilai, nilai terbaik berhak mendapatkan
positive message dari kelompok yang salah. Jika yang kalah tak bisa, maka kelompok yang menang berhak memberikan satu
soal matematika kepada kelompok yang kalah
d) Yang perlu diperhatikan : guru tidak
memberitahukan besok ada quiz atau tidak
Positive message bisa berupa
: ungkapan, peribahasa, kata-kata mutiara, rangkaian kata-kata yang indah dalam
puisi.
b) UNTUK INDIVIDUAL :
1. Guru mengambil kartu hasil kocokan, misal
yang keluar nomor 3 maka siswa dengan nomor absen 3 yang mengerjakan soal.
2. Jika siswa menjawab benar atau salah, guru wajib menuliskan positive message pada buku catatan siswa karena mau
berusaha mengerjakan soal.
3. Sedangkan untuk siswa yang lain
mengerjakan tugas sekolah yang sebelumnya telah diberikan oleh guru
4. Catatan : positive games dilakukan
disela-sela pemberian materi oleh guru kecuali untuk games kelompok.
Media yang digunakan kartu
soal, kartu undian yang memuat nomor-nomor absen siswa, aplop yang di isi
dengan pesan-pesan positif. Contoh-contoh kata positive message yang akan
diberikan kepada siswa:
a) Hari ini aku berani mengerjakan hari yang
akan datang aku pasti lebih berani.
b)
Salah
dalam belajar tidak masalah yang penting kita berani mencoba.
c)
Jangan
menyerah sebelum mencoba. dll.
3.3.3
Pengamatan
Pengamatan
dilakukan bersamaan dengan dilakukannya tindakan, jadi setiap gejala atau
problem-problem yang muncul dicatat secara rinci untuk melihat sejauh mana
tingkat keberhasilan dari penerapan metode positive message. Jika siklus I
belum memenuhi yang diharapkan atau masih ada kekurangan maka dilanjutkan ke
siklus II untuk melengkapi dan menyempurnakan siklus I
3.4. Pembuatan Instrumen
Instrumen yang dipakai disini meliputi :
1)
Arsip
2)
Tes
formatif
3)
Angket
4)
Draft wawancara
5)
Lembar observasi
Sebelum melakukan pelaksanaan PTK untuk siklus 1, guru mulai untuk
menentukan definisi konseptual dan definisi operasional dari konsep kecemasan
itu sendiri, sehingga nantinya akan didapatkan indikator yang menjadi isi
pedoman observasi, misal :
Menurut teori kecemasan ialah
perasaan yang tidak nyaman terhadap suatu obyek yang mana obyek tersebut tidak
real keberadaannya. Adapun karakteristik yang menunjukkan sikap cemas siswa
adalah sebagai berikut :
1.
Tidak
tertarik pada materi yang diajarkan.
2.
Mengganggu
teman daripada memperhatikan materi yang diberikan guru.
3.
Bosan
dengan materi yang diajarkan.
Setelah menentukan hal yang
diatas maka guru membuat draft observasi dengan metode check list yang memuat
perilaku-perilaku tertentu yang lebih spesifik yang menggambarkan indikator
kecemasan. Draft observasi yang telah selesai ini bisa digunakan sebelum dan di
akhir pokok bahasan.
Arsip diperoleh dengan cara hasil quiz yang diberikan oleh guru
matematika sebelum penelitian dilaksanakan.
Hasil wawancara berupa verbatim, dimana sebelum
melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi pertanyaan yang
akan ditanyakan pada siswanya.
3.5. Analisis dan Refleksi
Hasil penelitian tindakan kelas bisa diamati berdasarkan observasi yang
guru lakukan saat proses pembelajaran bangun datar segiempat. Selain itu juga berdasarkan arsip, daftar absensi maupun hasil quiz yang
diberikan oleh guru. Dari beberapa instrumen untuk pengamatan PTK tersebut,
guru bisa mengamati terjadi
peningkatan pemahaman konsep atau tidak dan mengenai sikap cemas mereka ketika belajar bangun
datar segiempat. Adapun di posisi yang menunjukkan kalau
siswa bisa mengurangi dan mengendalikan kecemasannya saat belajar bangun datar
adalah sebagai berikut :
a) Kepercayaan diri dalam menggunakan
matematika khususnya bangun datar untuk menyelesaikan masalah,
mengkomunikasikan ide-ide serta alasan.
b) Fleksibilitas dalam mengeksplorasi ide-ide
matematik dan mencoba beragam metode penyelesaian bangun datar.
c) Harapan untuk tekun dalam tugas-tugas
matematika terutama untuk tugas-tugas sistem bangun datar.
d) Minat, rasa ingin tahu, dan daya cipta
dalam mengerjakan soal-soal bangun datar.
e) Nilai dan penghargaan terhadap matematika
khususnya bangun datar untuk aplikasi dalam kehidupan nyata serta menghubungkan
dengan disiplin lainnya.
Hasil pengamatan melalui instrumen yang ada
masih menunjukkan ketidak berhasilan maka guru membuat perencanaan kembali
untuk siklus ke-2.
Perencanaan untuk siklus ke-2 PTK ini
adalah :
1. Memperbaiki teknik-teknik positive message
yang guru berikan pada siklus I dengan
cara penggunaan teknik-teknik tambahan.
2. Mencoba menggunakan teknik praktek yang
lebih menarik untuk menghadapi masalah ini seperti perbaikan teknologi media
mengajar bangun datar, misalnya dengan menggunakan display-display yang menarik
saat menerangkan konsep bangun datar.
3.6. Teknik Analisis Data
Analisis
data merupakan cara yang dipergunakan untuk mengolah data dan hasil penelitian
yang nantinya berguna pula untuk memperoleh suatu kesimpulan. Adapaun data yang
dianalisis adalah :
1) Data dari lembar
observasi kegiatan siswa
Data
yang dikumpulkan dari hasil observasi untuk mengetahui aktivitas siswa,
dianalisis secara deskriptif dan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Persentase
Aktivitas Siswa
Keterangan
:
J =
Jumlah skor semua kelompok
N =
Jumlah skor maksimal
Hasil persentase
tersebut akan diketahui bagaimana aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, dengan kualifikasi aktivitas sebagai berikut :
Tabel Kualifikasi Aktivitas
Persentase
Aktivitas (%)
|
Kualitas
|
80 – 100
|
Sangat Baik
|
70 – 80
|
Baik
|
60 – 70
|
Cukup
|
50 – 60
|
Kurang
|
0 – 50
|
Sangat Kurang
|
2)
Data dari hasil tes formatif
Hasil tes formatif yang
diperoleh siswa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Nilai
Keterangan
:
B =
skor yang diperoleh siswa
N =
skor maksimal dari perangkat tes
Nilai tes
formatif tersebut dapat ditentukan persentase ketuntasan belajar siswa.
Ketuntasan belajar siswa dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu ketuntasan
belajar perorangan dan ketuntasan belajar klasikal. Standar ketuntasan belajar
minimum perorangan adalah jika telah mencapai taraf penguasaan minimal 65 %
atau dengan nilai 65, sedangkan untuk ketuntasan belajar klasikal dapat
ditentukan dengan rumus :
Ketuntasan
Belajar Klasikal
Hasil presentase
yang diperoleh, dapat ditentukan ketuntasan belajar klasikal, yaitu suatu kelas
dikatakan telah berhasil atau mencapai ketuntasan belajar jika paling sedikit
85 % dari jumlah siswa dalam satu kelas tersebut telah tercapai maka dapat
dikatakan berhasil. (Mulyasa 2006:254)
3)
Data dari hasil angket siswa
Data
yang dikumpulkan melalui angket untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran
yang telah dilaksanakan
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
4.1
Siklus I
4.1.1
Perencanaan
Guru mencari informasi
tentang kemampuan siswa pada materi bangun datar segiempat. Pencarian informasi ini
dilakukan dengan cara meminta arsip nilai kepada guru bidang studi dan angket. Informasi yang diperoleh adalah (1) siswa kelas I SMP PGRI Pakisaji merasa
kesulitan dalam mempelajari materi bangun datar segiempat, (2) karena mereka kesulitan dalam
mempelajari bangun datar segiempat sehingga mereka mengalami kecemasan dalam mempelajarinya.
Informasi tersebut digunakan guru untuk menyusun rencana siklus
tindakan yaitu dengan metode positive message. Rencana siklus tindakan pada penelitian
ini merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
permasalahan yang berhubungan dengan bangun datar segiempat serta untuk menghilangkan
kecemasan pada diri siswa dalam mempelajarinya. Rencana pembelajaran disusun
oleh guru, yaitu berupa (1) rencana pembelajaran, (2) lembar kerja siswa berupa
kartu permainan, dan (3) tes akhir .
Pelaksanaan
tindakan siklus
I pada tanggal 11 dan 12 April 2011 dengan waktu 4 x 40 menit dialokasikan untuk
2 pertemuan,
materi yang dibahas adalah bangun datar segiempat. Pada pertemuan pertama
kegiatan menyampaikan materi, pada pertemuan kedua kegiatan pengembangan
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe positive message dan refleksi.
Pertemuan
pertama menyampaikan materi disertai dengan kocokan undian yang berisi nomor
absen siswa, nomor absen
yang
keluar dari hasil kocokan wajib mengerjakan soal dipapan tulis yang telah diberikan
oleh guru.
Siswa menjawab soal tersebut dengan benar ataupun salah, guru wajib menuliskan positive message pada buku catatan siswa
tersebut karena mau berusaha mengerjakan soal.
Pertemuan
kedua pada tahap pengembangan siswa
mempelajari bangun datar segiempat menggunakan langkah-langkah yaitu dengan kerja kelompok
dan kerja secara individu. Pada kerja kelompok masing-masing kelompok
mengerjakan soal secara kelompok yang ada pada kartu. Jawaban tiap kelompok
diperiksa dan diberi nilai, nilai terbaik berhak mendapatkan positive message
dari kelompok yang kalah. Jika yang kalah tidak bisa, maka kelompok yang menang
berhak memberikan satu soal matematika kepada kelompok yang kalah.
Refleksi dilakukan untuk
menyimpulkan hasil pembelajaran yang dilakukan pada hari itu dan untuk
mengetahui efektifitas model pembelajaran
kooperatif tipe positive message.
Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran dilakukan pada hari
itu.
4.1.2
Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dimulai
dengan penyajian materi bangun datar segiempat. Tindakan ini dilaksanakan pada
tanggal 11-12 April 2011 diikuti oleh siswa kelas I SMP PGRI Pakisaji Malang.
Semua kegiatan Terangkum di RPP ( dilampiran ).
4.1.3
Analisis Data
1)
Arsip
( dilampirkan )
Arsip diperoleh dengan cara hasil quiz yang diberikan oleh guru
matematika sebelum penelitian dilaksanakan, berfungsi untuk nilai awal
penelitian.
2)
Analisis
lembar observasi
Lembar observasi berfungsi untuk mengukur motivasi siswa.
Tabel 1. Hasil Analisis Belajar Siswa Dalam
Kelompok Siklus I
No
|
Aspek yang
diamati
|
Kelompok
|
Jum
lah
|
Persen
tase
|
Kuali
tas
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|||||
1.
|
Menunjukkan
antusias antara lain keingintahuan yang besar, tampak bersemangat, gembira
dan senang.
|
4
|
3
|
5
|
4
|
4
|
3
|
23
|
76,67
|
Baik
|
2.
|
Memperhatikan
penjelasan guru
|
3
|
4
|
3
|
2
|
5
|
4
|
21
|
70
|
Baik
|
3.
|
Mendiskusikan
dengan anggota kelompok tentang apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan
dari masalah bangun datar segiempat
|
4
|
2
|
2
|
3
|
4
|
4
|
19
|
63,33
|
Cukup
|
4.
|
Saling bekerja
sama dan berdiskusi dengan anggota kelompok dalam menyususn rencana pemecahan
|
4
|
2
|
4
|
3
|
3
|
4
|
20
|
66,67
|
Cukup
|
5.
|
Siswa berani
mengajukan pertanyaan dalam diskusi
|
1
|
2
|
3
|
1
|
3
|
2
|
12
|
40
|
Sangat kurang
|
|
Jumlah
|
16
|
13
|
17
|
13
|
19
|
17
|
|
|
|
|
Persentase per
kelompok(%)
|
64
|
52
|
68
|
52
|
76
|
68
|
|
63,33
|
Cukup
|
|
Kualitas
|
C
|
K
|
C
|
K
|
B
|
C
|
|
|
|
Ket : B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
Hasil observasi pelaksanaan tindakan diperoleh
data bahwa persentase antusias
siswa paling tinggi yaitu 76,67% ( baik
) dan keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan paling rendah yaitu 40% (
sangat kurang ).
Berdasarkan data dalam tabel dapat disimpulkan bahwa
tidak semua kelompok termotivasi dengan model
pembelajaran kooperatif tipe positive
message, karena kualitas
perkelompok masih rendah yaitu 1 kelompok berkualitas baik ( kelompok 5 ), 3
kelompok berkualitas cukup ( kelompok 1 , 3 dan 6 ), 2 kelompok berkualitas
kurang ( kelompok 2 dan 4 ). Sehingga metode positive message perlu diperbaiki di siklus II dengan cara merefleksi
siklus I.
3)
Tes
formatif
Berdasarkan tabel ( dilampirkan
) jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18 siswa, siswa dinyatakan tuntas jika
nilai tes memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditentukan yaitu 65.
Siklus I terjadi peningkatan klasikal sebesar 60%
- 16,67% = 43,33% dari arsip, tetapi belum berhasil karena belum mencapai
kriteria tuntas, sedangkan Ktiteria Ketuntasan Klasikal adalah 85 % dari
jumlah siswa dalam satu kelas, oleh karena itu penelitian dilanjutkan ke
siklus ke2.
4.1.4 Refleksi
Paparan data hasil siklus I dapat
direfleksikan secara keseluruhan aktivitas belajar kelompok setelah diberi
tindakan adalah cukup dengan persentase 63,33%, sedangkan hasil belajar nilai
kuis nilai rata-rata 66 dan ketuntasan klasikal sebesar 60 %. Untuk itu perlu
ditingkatkan agar memenuhi ketuntasan klasikal sebesar 85%, kelemahan-kelemahan
pada siklus I :
1). Kurangnya minat siswa untuk bertanya
2). Kurangnya pesan-pesan positif dari guru
3). Siswa kelas VII belum terbiasa dengan Metode
pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Usaha-usaha perbaikan yang dilakukan adalah :
1). Menambah rangsangan siswa untuk bertanya
dengan cara pemberian materi penuh teka-teki.
2). Memperbanyak berkata kata-kata motivasi
didalam kelas
3). Menyampaikan
kembali aturan main positive message.
4.2
Siklus II
Siklus II dilaksanakan 4
x 40 menit atau 2 kali pertemuan pada tanggal 9 dan 10 Mei 2011. Kegiatan pada
siklus II tidak jauh beda dengan siklus I hanya ada pembaharuan di dalam
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe positive message.
4.2.1 Analisis Hasil Siklus II
1) Analisis
lembar observasi
Lembar observasi berfungsi untuk mengukur motivasi siswa.
Tabel 2. Hasil Analisis Belajar Siswa Dalam
Kelompok Siklus II
No
|
Aspek yang
diamati
|
Kelompok
|
Jum
lah
|
Persen
Tase
|
Kuali
tas
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|||||
1.
|
Menunjukkan
antusias antara lain keingintahuan yang besar, tampak bersemangat, gembira
dan senang.
|
4
|
5
|
5
|
4
|
4
|
5
|
27
|
90
|
Sangat Baik
|
2.
|
Memperhatikan
penjelasan guru
|
5
|
4
|
3
|
4
|
5
|
5
|
26
|
86,67
|
Sangat Baik
|
3.
|
Mendiskusikan
dengan anggota kelompok tentang apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan
dari masalah bangun datar segiempat
|
4
|
4
|
4
|
5
|
4
|
4
|
26
|
86,67
|
Sangat Baik
|
4.
|
Saling bekerja
sama dan berdiskusi dengan anggota kelompok dalam menyususn rencana pemecahan
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
24
|
80
|
Sangat Baik
|
5.
|
Siswa berani
mengajukan pertanyaan dalam diskusi
|
3
|
4
|
3
|
3
|
3
|
5
|
21
|
70
|
Baik
|
|
Jumlah
|
20
|
21
|
19
|
20
|
20
|
23
|
|
|
|
|
Persentase per
kelompok(%)
|
80
|
84
|
76
|
80
|
80
|
92
|
|
82,67
|
Sangat baik
|
|
Kualitas
|
SB
|
SB
|
B
|
SB
|
SB
|
SB
|
|
|
|
Keterangan : SB = Sangat
Baik
B = Baik
Hasil observasi pelaksanaan tindakan diperoleh
data bahwa persentase Antusias siswa paling tinggi yaitu 90 % (
sangat baik ) dan keberanian
siswa dalam mengajukan pertanyaan paling rendah yaitu 70 % ( baik ).
Melihat data dalam tabel dapat disimpulkan bahwa
semua kelompok suadah mulai termotivasi
dengan metode positive message, karena kualitas perkelompok sudah
mengalami peningkatan dari Siklus I
yaitu kelompok
1 mengalami peningkatan 16% yaitu dari 64% menjadi 80%, kelompok 2 meningkat 32% dari 52% menjadi
84%, kelompok 3 meningkat 8%
dari 68% menjadi 76%, kelompok 4
meningkat 28% dari 52% menjadi 80%, kelompok 5
meningkat 4% dari 76% menjadi 80%,
kelompok 6 meningkat 24% dari 68% menjadi 92%, Dari data diatas dapat disimpulkan semua siswa termotivasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe positive message karena semua aspek dan kerja kelompok
meningkat.
2)
Tes
formatif
Berdasar tabel ( dilampirkan ) jumlah siswa yang tuntas sebanyak 26 siswa, siswa dinyatakan tuntas jika nilai tes
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum(KKM) yang telah ditentukan yaitu 65.
Siklus ini
terjadi peningkatan klasikal sebesar 86,67% - 60% = 26,67% dari
siklus I, Ketuntasan Klasikal telah memenuhi Ktiteria Ketuntasan Minimum Klasikal adalah 85 % dari jumlah siswa
dalam satu kelas, oleh karena itu penelitian dihentikan karena sudah Tuntas.
4.2.2
Refleksi
Berdasarkan
paparan data hasil siklus I dan siklus II, Berikut ringkasannya :
Tabel 3. Ringkasan Siklus I dan II
Siklus
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
Rata-rata
|
Persentase
Klasikal
|
Peningkatan
|
Pra siklus
|
5 siswa
|
25
|
56,77
|
16,67
|
|
Siklus I
|
18 siswa
|
12 siswa
|
66
|
60
|
43,33%
|
Siklus II
|
26 siswa
|
4
siswa
|
67.83
|
86,67
|
26,67%
|
Untuk mengetahui tanggapan siswa
terhadap pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe positive
message peneliti menyebarkan angket, Berikut analisanya :
Tabel 4. Hasil Angket
NO
|
Respon / Pertanyaan
|
Skala sikap
|
Jumlah
|
|||
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
|||
1
|
Senangkah kamu belajar
menggunakan Metode positive message ?
|
13
|
14
|
3
|
-
|
30
|
2
|
Senangkah kamu jika mendapat pesan positive dari guru ?
|
12
|
16
|
2
|
-
|
30
|
3
|
Senangkah kamu jika mengerjakan tugas dengan diskusi ?
|
15
|
14
|
1
|
-
|
30
|
4
|
Senangkah kamu jika disuruh untuk
bertanya kepada guru ?
|
-
|
22
|
8
|
-
|
30
|
5
|
Senangkah kamu jika guru sering menggunakan metode ini ?
|
-
|
20
|
10
|
-
|
30
|
Jumlah
|
40
|
86
|
24
|
|
150
|
|
Persentase (%)
|
26,67
|
57,33
|
16
|
|
100
|
SS : Sangat Senang S : Senang
TS : Tidak Senang STS : Sangat Tidak Senang
Hasil analisis menunjukkan bahwa
26,67% siswa sangat senang dengan model
pembelajaran kooperatif tipe positive
message, 57,33% siswa senang
dengan model pembelajaran
kooperatif tipe positive message, dan 16% siswa tidak senang dengan model pembelajaran kooperatif tipe positive message.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah diuraikan dalam bab IV, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a.
Rasa cemas yang dimiliki siswa dalam belajar
bangun datar segiempat dapat merugikan diri sendiri. karena rasa cemas tersebut
dapat mengakibatkan mereka tidak tertarik, bosan dan tidak terkosentrasi dalam
belajarnya. Akibat yang ditimbulkan oleh rasa cemas tersebut dapat membuat
siswa tidak dapat mempelajari bangun datar segiempat. Akibatnya siswa tidak
bisa menguasai dan tidak memiliki kemampuan dalam menyelesaikan soal bangun
datar segiempat
b.
Pembelajaran dengan cara monoton seperti dalam
pembelajaran yang konvensional dapat
menyebabkan siswa kesulitan dalam mempelajari bangun datar segiempat. Kesulitan
siswa dalam mempelajari bangun datar segiempat tersebut dapat menimbulkan
kecemasan pada diri siswa.
c.
Untuk mengatasi kecemasan yang ada pada diri
tersebut, guru perlu membuat pembelajaran menjadi mudah dan menyenangkan salah
satu cara pembelajaran yang dapat mengurangi kecemasan siswa tersebut yaitu
dengan model pembelajaran kooperatif tipe positive message.
d.
Setelah semua siswa tidak merasa cemas dalam
belajar maka siswa mampu menguasai materi dan mampu mengerjakan setiap soal
yang diberikan oleh guru.
5.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh
dalam penelitian ini,diajukan saran sebagai berikut.
a.
Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe positive message layak untuk dipertimbangkan menjadi bentuk
pembelajaran alternatif yang dapat mengurangi kecemasan siswa dalam belajar
matematika khususnya dalam bangun datar segiempat
b.
Bagi guru atau praktisi pendidikan lainnya yang
tertarik untuk menerapkan bentuk pembelajaran ini perlu diperhatikan bentuk
pujian yang akan digunakan dan psikologi siswa. Karena ada beberapa siswa yang
tidak suka dipuji.